Pages

Senin, 02 Januari 2012

Lebih Sehat Dengan Sedekah

 



HIDUP adalah perjuangan yang harus ditempuh dengan liku-liku dan penuh problematika. Di antara problem hidupan yang banyak dihadapi manusia adalah musibah dan ujian. Termasuk ujian berupa datangnya penyakit.

Sedangkan Islam, adalah agama yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam datang memberikan solusi berbagai persoalan dan problem umat manusia. Rasulullah menerima Islam ini tidak dengan duduk bersimpuh, tetap beliau membawa missi ke dalam realitas kehidupan ke tengah-tengah kencah kehidupan manusia dengan 1001 macam persoalannya. Kehadiran Islam justru untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup yang riil itu, dalam berbagai aspeknya.

Salah satu bentuk rahmat Islam adalah menuntun kepada kita untuk memancarkan rasa bahagia dalam kalbu sesama. Caranya dengan memberi, dalam bentuk apapun rupa pemberian itu.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan pentingnya setiap orang untuk memberi shadaqah setiap hari.
 
  “Tiadalah tiap-tiap jiwa keturunan Adam kecuali harus bershadaqah, setiap hari, di mana terbit padanya matahari,” begitu kata Nabi. Mendengar sabda tersebut, seorang sahabat dari kalangan tak berpunya bertanya:”Ya Rasulullah! Darimana shadaqah yang harus kami keluarkan bagi kami-kami ini?” Rasulullah menjawab: “Sesunggunya pintu-pintu kebajikan sangat banyak. Kemudian beliau menyebutkan satu persatu: Mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dengan khusyu’ adalah shadaqah. Yakni shadaqah untuk ruhani. Diisi dengan kekuatan baru dengan taqarrub kepada Allah.”
“Sesungguhnya ruhanimu memiliki hak atas dirimu. Agar senantiasa kita rawat dengan baik. Jangan dibiarkan lemah. Mengajak kepada yang baik, mencegah dari yang mungkar adalah shadaqah. Menyingkirkan sesuatu yang dapat menyakiti orang dari jalan, memperdengarkan orang yang tuli, sehingga ia terhindar dari bahaya, menuntun orang buta, memberi petunjuk kepada orang minta petunjuk mengenai keperluannya (adalah shadaqah).”

Pada penutub hadits Rasulullah bersabda, “Dan senyummu bila berhadapan dengan saudaramupun adalah shadaqah.!”

Dari dialog tersebut terlihat bahwa nilai dari satu pemberian tidaklah semata-mata ditentukan oleh besar kecilnya materi yang diberikan. Ada nilai lain yang lebih menentukan, yaitu nilai immaterial, nilai maknawi.

Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahdengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu.
” (QS. Al-Baqarah: 264)

Tidak selamanya shadaqah itu harus berupa uang, materi, senyuman dari muka yang jernih terhadap sesama manusia adalah bentuk pemberian yang tidak memerlukan harta.
Semua bentuk kebajikan terhadap sesama manusia dalam bentuk apapun yang dilakukan adalah shadaqah, karena bertolak dari sumber yang satu, yaitu kemanusiaan yang tulus.
Rasa kemanusiaan inilah yang menggerakkan seseorang untuk menyingkirkan duri dari jalan, menuntun orang buta, mendukung orang yang lemah, memberi senyum harapan kepada orang yang patah hati. Atau melompat ke dalam air bah untuk menolong orang, walau taruhannya adalah nyawanya sendiri. Rasa kemanusiaan ini ibarat lembar-lembar sutra yang saling menjalin individu-individu dalam ikatan ukhuwah(persaudaraan yang sesungguhnya).

Itulah fungsi shadaqah dalam kehidupan sosial. Bisa rasa solidaritas dibeli dengan harta yang banyak, buat sementara waktu. Akan tetapi apabila uang habis, kekayaan ludes, rasa solidaritas lenyap!

sumber: cerita teladan

0 komentar:

Posting Komentar